Just another free Blogger theme

Minggu, 21 Mei 2017



MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN ABNORMAL/ ABK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen pengampu : Asep Ardiyanto, S.Pd., M.Or

KELOMPOK 3

Laili Intan Kurniawati                        14120059
Decky Denpikora                                14120060
Iza Fatkhiyah                                      14120062



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2017


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan  kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga  penulis  dapat  menyelesaikan makalah pada BAB XI tentang Perkembangan Abnormal/ ABK.
 Penulis telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Asep Ardiyanto, S.Pd., M.Or. yang merupakan selaku Dosen Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Semarang yang telah memberikan tugas ini sehingga pengetahuan penulis semakin bertambah.
 Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.  Kritik dan saran yang bersifat menbangun akan penulis terima dengan senang hati.

Penulis






BAB I

PENDAHULUAN


Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila dibandingkan dengan nak yang normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya  berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya.Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan.

1.                  Apa yang dimaksud dengan Abnormalitas Perkembangan?
2.                  Apa saja aspek-aspek Perkembangan Abnormalitas?
3.                  Apa itu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)?
4.                  Apa saja  jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)?

1.                  Untuk mengetahui definisi Abnormalitas Perkembangan.
2.                  Untuk mengetahui aspek- aspek perkembangan abnormalitas.
3.                  Untuk mengetahui definisi Anak Berkebutuhan Khusus(ABK).
4.                  Untuk mengetahui jenis Anak Berkebutuhan Khusus(ABK).












BAB II

PEMBAHASAN


A.      Definisi Abnormalitas Perkembangan

Anak abnormal adalah anak yang memiliki kelainan atau penyimpangan dari rata-rata anak normal, baik dari segi fisik, sosial maupun mental. Sehingga dalam perkembangan potensinya memerlukan layanan pendidikan yang khusus yang berbeda dengan yang lainnya.
Anak abnormal adalah anak yang memiliki kelainan atau penyimpangan dari rata-rata anak normal, baik dari segi fisik, sosial maupun mental. Sehingga dalam perkembangan potensinya memerlukan layanan pendidikan yang khusus yang berbeda dengan yang lainnya

B.     Aspek- aspek Perkembangan Abnormalitas

1.         Aspek fisik
Aspek fisik yaitu ketidak mampuan seorang anak yang berhubungan dengan fisik seperti anak tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, tunanetra dan tunawicara.
2.                                   Aspek sosial
Aspek sosial adalah dalam hal ini memiliki kesulitan dalam bersosialisasi atau menyesuaikan perilakunya dengan lingkungan sekitar. Anak dalam kelompok ini dikategorikan sebagai tunalaras.
3.                            Aspek mental
Aspek mental adalah anak yang mempunyai kemampuan mental lebih (supernormal) atau anak yang berbakat dan anak yang mempunyai kemampuan mental sangat rendah (subnormal) yang disebut tunagrahita.

C.      Gangguan Fungsi Fisik dan Psikomotor

Cacat fisik adalah jenis cacat dimana salah satu atau lebih anggota tubuh bagian tulang atau persendian mengalami kelainan, sehingga timbul rintangan dalam melakukan fungsi gerak. Gangguan fungsi fisik dan psikomotor pada umumnya disebabkan oleh kerusakan-kerusakan otak atau organ perifer yaitu kerusakan pada susunan syaraf pusat atau pada anggota badan, urat daging atau pada panca indra.
  1. Terminologi Cacat (handicaped)
a.                   Impairement
Adalah suatu kehilangan atau suatu keadaan abnormalitas dari psikis atau fisik baik struktur maupun fungsinya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah gangguan mata, yaitu buta keseluruhan maupun sebagian, gangguan  pendengaran baik yang sukar mendengar maupun tuli, gangguan bicara atau tuna wicara, dan lumpuh atau tuna grahita.
b.                   Disability
Adalah suatu hambatan atau gangguan dari kemampuan untuk melaksanakan aktivitas yang biasanya dapat dikerjakan oleh orang yang normal sebagai akibat dari impairement.
c.                    Handicaped
Adalah suatu kerugian yang diderita oleh individu akibat impairement dan disability. Kerugian ini dapat timbul dari dirinya sendiri (intrinsic handicaped) dan dapat pula dari lingkungan (extrinsic handicaped).
  1. Cacat Mental

  Pengertian umum dari gangguan macam ini adalah deviansi. Deviansi menunjuk pada suatu pola tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma dapat dilihat dari pandangan system sosial. Perkembangan yang terganggu ditandai oleh penyimpangan dari keadaan normal. Gangguan perkembangan ini dapat terjadi secara perlahan-lahan, namun juga dapat terjadi secara mendadak. Termasuk dalam Pengertian deviansi adalah gangguan mental (retardasi) sehingga anak mengalami kesulitan belajar.
  Pada anak yang mengalami retardasi mental ini terjadi gangguan terutama meliputi aspek intelektualnya dan juga kekurangan dalam perkembangan kepribadian atau gangguan perilaku lainnya. Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan imflikasi yang cukup besar. Tingkatan retardasi mental, yaitu: Tingkat batas atau borderline, tingkat ringan yang masih mampu di didik, tingkat sedang, tingkat berat, dan tingkat sangat berat. Anak dengan retardasi mental menjadi sumber kecemasan. Sehingga, anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya rendah, demikian pula dengan Pengertian bahasa dan berhitungnya sangat lemah.
  1. Gangguan Psiko Sosial dan Perilaku
a.         Autistik
Autisme digolongkan oleh banyak ahli sebagai psikopat. Psikopat adalah suatu golongan bawaan yang menyebabkan orang tidak dapat mengadakan hubungan afektif yang normal dan selalu merupakan problem bagi orang lain dan bagi dirinya sendiri. Gangguan perkembangan autisme sudah nampak tanda-tandanya pada masa awal perkembangan. Ciri khas dari autisme adalah bahwa mereka sejak dilahirkan mempunyai kontak sosial yang sangat terbatas. Kotak sosial yang sangat terbatas itu karena adanya kecemasan, perasaan tak terlindung, keraguan, rasa terasing dan ketidak mampuan mengerti masalah sosial.   Dugaan akan penyebab autisme ada bermacam-macam, diantaranya schizoprenia yaitu golongan penyakit mental yang ditandai dengan banyak simptom. Oleh karena itu, terapinya memerlukan banyak ahli yang bekerja secara sistematis.
b.        Anak Sukar Didik
Mendidik adalah memberikan bantuan kepada orang lain. Salah satu lembaga pendidikan yang fundamental adalah keluarga dan sekolah. Salah satu factor kesulitan dalam pendidikan adalah karakteristik anak, yaitu anak yang memiliki karakter sukar didik.
Anak yang sukar didik menunjukkan tanda-tanda “acting out” yang berbahaya dan sering kali agresif serta sukar diajak berkomunikasi dialog untuk diminta diminta keterangan mereka. Keadaan sukar didik berkaitan dengan penolakan terhadap norma masyarakat dan penolakan terhadap apa yang dianggap “benar” oleh masyarakat.
c.       Anak dengan Gangguan Belajar
Gangguan belajar adalah penyimapangan dalam proses belajar yang berhubungan dengan deskrepansi yang signifikan antara kemampuan yang diperlukan dalam bahasa dan berfikir logika matematika dengan tingkat prestasi yang nyata dalam bahasa dan matematika.
 Gangguan bahasa sudah dapat dilihat pada perkembangan awal. Gangguan bahasa ini terwujud dalam ganggua bicara (bisu, gagap). Kemampuan bahasa merupakan indicator seluruh perkembangan anak, karena kemampuan bahasa sensitive terhadap keterlambatan atau kerusakan pada system lainnya, sebab kemampuan bahasa melibatkan kemampuan kognitif, sensori-motorik, psikologis, emosi, dan lingkungannya.
d.       Anak Nakal/delinkuensi
Ciri dari anak nakal adalah tindakannya melawan hukum dan sering cenderung kriminal. Hubungan antara delinkuen dengan remaja putus sekolah mungkin dapat ditelusuri kebenarannya, meskipun begitu anak remaja yang putus sekolah dan berkeliaran belum tentu delinkuen. Anak-anak nakal benar-benar melakukan kejahatan dan pelanggaran yang serius.
Delinkuen ditemukan pada anak remaja yang berasal dari berbagai tingkatan sosial ekonomi dan bukan dari kelas sosial sosial ekonomi rendah saja. Anak-anak delikuen mempunyai kepercayaan yang lebih kuat, memberontak dan ambivalen otoritas, mendendam, dan menunjukkan sikap bermusuhan, curiga, destruktif, impulsive, dan menunjukkan kontrol batin yang kurang.
Upaya untuk mengatasi masalah delinkuensi membutuhkan terapi yang menyangkut perilaku. Perlu diterapkan prinsip reinforcement seperti membiarkan atau tidak menghukum kesalahan atau kegagalan, memuji tingkah laku yang positif dan belajar model atau role playing. Untuk delinkuensi ringan hal ini mungkin cukup mujarab, tetapi untuk delinkuensi berat hal ini perlu mendapatkan pembuktian.
e.        Alienasi atau Pecandu
Alienasi adalah perasaan menjadi asing terhadap sesuatu. Alienasi merupakan problematik identitas kepribadian anak, sehingga mereka “lari” dari kenyataan hidup yang sebenarnya untuk mendapatkan kenikmatan baru. Oleh karena itu, alineasi juga sering disebut sebagai pecandu. Pada remaja sering kali mereka melepaskan diri dari keluarga, hal ini merupakan penanda awal dari dari kemungkinan terjadinya alienasi.
Merasa asing dapat bersifat parsial atau total. Pada tingkat terakhir alienasi dapat berwujud ekstrim. Refleksi dari alienasi sering berwujud kecanduan akan minuman keras dan terutama obat. Oleh karene itu, ada hubungan yang erat antara alienasi dengan kecanduan’’drug hard’’. Kalau udah demikian maka susah untuk melakukan penanganan. Sehingga, diperlukan pengobatan individual yang dilakukan atau dilaksanakan diklinik-klinik khusus.
f.        Rehabilitasi Cacat
Upaya untuk memperbaiki keadaan cacat disebut sebagai rehabilitasi. Rehabilitasi dilakukan secara medis, edukatif, sosial, dan psikologis. Rehabilitasi terhadap penderita cacat membutuhkan kerja yang tekun dari berbagai bidang, seperti ahl kesehatan, ahli kejiwaan, dan ahli pendidikan.
Tujuan dari rehabilitas meliputi upaya perbaikan dan pencegahan sehingga rehabilitasi bersifat promotif, preventif, dan kuratif. Tujuan umum dari upaya rehabilitasi adalah mencegah terjadinya kecacatan dengan memberikan rehabilitasi sedini mungkin, mengurangi terjadinya kecacatan dengan memberikan latihan-latihan serta memberikan alat-alat seperti protesa, alat penyanggah dan lain-lain, serta mengembalikan kemampuan bekerja dari penderita cacat dengan mempersiapkan kemampuan jasmani, rohani dan terutama kemampuan mengurus diri sendiri.
Rehabilitasi terhadap penderita cacat diselenggarakan oleh pemerintah melalui pendidikan dan rehabilitasi medis. Pendidikan bagi anak cacat diIndonesia dibagi menjadi 5, yaitu:
a.       SLB bagian A: untuk anak dengan  kelainan penglihatan atau tuna netra.
b.      SLB bagian B: untuk anak dengan kalainan pendengaran dan bicara.
c.       SLB bagian C: untuk anak dengan keterbelakangan mental atau tuna grahita.
d.      SLB bagian D: untuk anak dengan kelainan anggota tubuh atau tuna daksa.
e.       SLB bagian E: untuk anak dengan tuna laras atau mempunyai kalainan emosi.



D.    Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagau anak yang lambat atau mengalami gangguan yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus,seperti disability, impairment, handicaped. Menurut World Health Organization (WHO),definisi masing -masing istilah sebagai berikut :
1. Impairment : merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsistruktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
2.Disability: merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
3.Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disabilityyang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.Handicapedjuga bisa diartikan suatu keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di antaranya adalah anak-anak penyandangpost traumatic syndrome disorder(PTSD) akibat bencana alam, perang, atau kerusuhan,anak-anak yang kurang gizi, lahir prematur, anak yang lahir dari keluarga miskin, anak-anak yang mengalami depresi karena perlakukan kasar, anak-anak korban kekerasan, anak yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak berpenyakit kronis, dan sebagainya.
Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus1. Kelainan Mental terdiri dari:a. Mental TinggiSering dikenal dengan anak berbakatintelektual, di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas.b. Mental RendahKemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rerata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memilki IQ antara 70 – 90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.c. Berkesulitan Belajar SpesifikBerkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasibelajar rendah pada bidang akademik tertentu.2. Kelainan Fisik meliputi:a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan

E.  Jenis- jenis Anak Berkebutuhan Khusus

1. Kelainan Mental terdiri dari:
a. Mental TinggiSering dikenal dengan anak berbakatintelektual, di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas.
b. Mental RendahKemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rerata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memilki IQ antara 70 – 90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar SpesifikBerkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasibelajar rendah pada bidang akademik tertentu.
2. Kelainan Fisik meliputi:
a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu:buta total(blind) dan lemah pandangan.
Definisi tunanetra menurut Kaufman & Hallahanadalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra perabadan indra pendengaran.Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakantongkat putih(tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1.Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2.Gangguan pendengaran ringan(41-55dB)
3.Gangguan pendengaran sedang(56-70dB)
4.Gangguan pendengaran berat(71-90dB)
5.Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB)
Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompokyaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
d. Kelainan Bicara (Tunawicara)
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana mungkindisebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan bicara.
3. Kelainan Emosi
Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapatdilihat dari indikasi perilaku yang tampak pada individu. Adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi:
a.Gangguan Perilaku
·Mengganggu di kelas
·Tidak sabaran-terlalu cepat bereaksi
·Tidak menghargai-menentang·Menyalahkan orang lain
·Kecemasan terhadap prestasi di sekolah
·Dependen terhadap orang lain
·Pemahaman yang lemah
·Reaksi yang tidak sesuai
·Melamun, tidak ada perhatian, dan menarik diri
b.Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder)
Enam atau lebih gejalainattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan, ketidakmampuan untuk beradaptasi, dan tingkat perkembangannya tidak konsisten. Gejala-gejala inattention tersebut antara lain:
·Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan   dalam pekerjaan sekolah atau aktivitas yang lain.
·Sering kesulitan untuk memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas permainan
·Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara
·Sering tidak mengikuti intruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah
·Kesulitan untuk mengorganisir tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas
·Tidak menyukai pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah
·Sering tidak membawa peralatan sekolah seperti pensil, buku, dan sebagainya
·Sering mudah beralih pada stimulus luar
·Mudah melupakan terhadap aktivitas sehari-hari
c.Gangguan Hiperaktive (ADHD/Attention Deficit Hiperactivity Disorder)
·Perilaku tidak bisa diam
·Ketidakmampuan untuk memberi perhatian yang cukup lama
·Hiperaktivitas
·Aktivitas motorik yang tinggi
·Mudah buyarnya perhatian
·Canggung, Infeksibilitas
·Toleransi yang rendah terhadap frustasi
·Berbuat tanpa dipikir akibatnya.

E.                 Anak Berbakat

Peserta didik yang mampu menumbuhkembangkan berbagai potensi kemanusiaannya pada taraf yang tinggi disebut sebagai peserta didik yang berbakat. Keberbakatan merupakan konsep yang berakar bilogis, yang menunjuk pada adanya taraf yang tinggi dari inteligensi sebagai hasil integrasi fungsi-fungsi otak, meliputi penginderaan, emosi, kognisi dan intuisi. Keberbakatan dengan demikian merupakan potensi anak yang terlihat dari kreativitas verbal maupun non verbal. Anak berbakat ialah anak yang mencapai kemampuan superior dalam suatu bidang yang dianggap bernilai oleh masyarakat. Dilihat dari skor IQ, anak berbakat berada dalam skore 135 s/d 200, mempunyai prestasi yang tinggi dalam belajar dan penonjolan yang luar bisa dalam bidang tertentu.
1.    Ciri-ciri anak berbakat:
a.     Ciri fisik sehat dan perkembangan psikomotori lebih cepat dari rata-rata, terutama dalam kemampuan koordinasi
b.     Ciri mental intelektual: usia mental lebih tinggi dari pada rata-rata anak normal. Daya tangkap dan pemahaman lebih cepat dan luas. Dapat berbicara lebih dini. Hasrat ingin tahu lebih besar, selalu ingin mencari jawab. Kreatif, mandiri dalam bekerja dan belajar serta mempunyai cara belajar yang khas
c.     Ciri mental emosional; mempunyai kepercayaan diri yang kua, persisten sampai keinginannya terpenuhi atau gigih. Peka terhadap situasi di sekitarnya, senang terhadap hal-hal yang baru dan ciri ini dapat berkembang menjadi negatif bosan dengan hal-hal rutin, egois dan sebagainya.
d.    Ciri sosial: senang bergaul dengan anak yang lebih tua, suka bermain dengan permainan yang mengandung pemecahan masalah, suka bekerja sendiri, sukar bergaul dengan teman sebaya, sukar menyesuaikan diri.
e.     Anak berbakat selalu rasional, responsif, senang belajar, kreatif, orisinil, apresiatif, elaboratif serta menerapkan metode ilmiah.
2. Masalah- masalah yang ditimbulkan oleh ciri- ciri anak berbakat, yaitu:
a.         Kemampuan berfikir kritis dapet mengarah ke sikap skeptis dan sikap kritis terhadap diri sendiri maupun orang lain.
b.         Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal- hal baru bisa menyebabkan anak berbakat tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas- tugas yang lain.
c.         Perilaku ulet dan terarah pada tujuan sering tampak pada anak berbakat dapet menjurus pada keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya.
d.        Kepekaan anak- anak berbakat bisa membuatnya tersinggung atau peka terhadap kritik orang lain.
e.         Semangatnya yang tinggi dan kesiagaanya serta inisiatifnya dapat membuat kurang sabar atau kurang toletran jika ada kegiatan atau kurang nampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
f.          Tidak mudah tunduh kepada orang lain, bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.
3.  Program Pendidikan untuk Anak Berbakat
Program pendidikan untuk anak berbakat dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu:
a.  Pengayaan atau enrichment adalah pembinaan anak berbakat dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat ekstensif dan intensif. Pengayaan diberikan kepada anak setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan untuk anak-anak sekelasnya. Pengayaan dapat diberikan seperti tugas perpustakaan, independent study, proyek penelitian, studi kasus dsb
b.   Percepatan atau akselerasi yaitu cara penanganan anak berbakat dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi bentuk percepatan ini antara lain adalah:
Ø  Eraly admission atau masuk lebih awal,
Ø   Advanced placement atau naik kelas sebelum waktunya, mempercepat kenaikan kelas, advanced courses atau mempercepat pelajaran atau merangkap kelas dll.
c.   Pengelompokan khusus atau segregation yang dapat dilakukan sepenuhnya atau sebagian yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya




BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

  1. Perkembangan merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang hayat dan terjadi secara teratur dan terpola.Perkembangan.
  2. Abnormal adalah perkembangan yang terjadi secara tidak normal. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ada dua yaitu Faktor heredokonstitusionil dan factor lingkungan.
3.  Pendidikan bersifat universal (menyeluruh) baik sehat atau cacat berhak untuk mendapat pendidikan yang layak. Peserta didik yang mengalami abnormalitas perkembangan, merupakan anak-anak Indonesia yang sebenarnya memiliki sedikit perilaku yang menyimpang dari anak-anak normal, dan mereka pastilah mempunyai kelebihan dan bakat masing-masing yang apabila dikembangkan dan diasah sedemikian rupa maka mereka tak ubahnya sederajat dengan anak-anak normal yang membedakan hanyalah dari segi fisik.
  1.  Abnormalitas perkembangan tidak hanya mengacu pada perkembangan abnormal ke bawah tetapi juga pada perkembangan abnormal ke atas.

SARAN

  1. Kita harus menghargai anak-anak yang mengalami abnormalitas perkembangan
  2.  Kita tidak boleh mendiskriminasikan anak-anak yang memiliki abnormalitas perkembangan misalnya memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
  3. Kita harus mampu menumbuhkan rasa percaya diri terhadap anak-anak yang mengalami abnormalitas perkembangan, agar mereka mampu menerima keterbatasannya.






        Setianingsih, Eka Sari, dkk. 2017. Perkembangan Peserta Didik. Semarang: UPGRIS
        Annas, Arifatul. 2012. Abnormalitas Perkembangan. http://arifatul-arifannas.blogspot.co.id/2012/12/abnormalitas-perkembangan.html, 15 Mei 2017