MAKALAH PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN ABNORMAL/ ABK
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen pengampu : Asep Ardiyanto, S.Pd.,
M.Or
KELOMPOK
3
Laili Intan Kurniawati 14120059
Decky Denpikora 14120060
Iza Fatkhiyah 14120062
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI
SEMARANG
2017
Puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah pada
BAB XI tentang Perkembangan
Abnormal/ ABK.
Penulis
telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Asep Ardiyanto, S.Pd., M.Or. yang merupakan selaku Dosen Mata Kuliah Perkembangan
Peserta Didik Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Semarang
yang telah memberikan tugas ini sehingga pengetahuan penulis semakin bertambah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi
penulis. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Kritik dan saran yang bersifat
menbangun akan penulis terima dengan senang hati.
Penulis
Tidak setiap anak yang dilahirkan
di dunia ini selalu mengalami perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang
dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki
faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan
penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal
sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan
khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis
kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada
penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan
mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta
sosialnya bila dibandingkan dengan nak yang normal.
Karakteristik spesifik anak
berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan
fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri,
kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya.Adanya perbedaan
karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan
kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara
mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek.
Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar,
berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah
pendewasaan.
1.
Apa
yang dimaksud dengan Abnormalitas Perkembangan?
2.
Apa saja aspek-aspek Perkembangan Abnormalitas?
3.
Apa itu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)?
4.
Apa saja jenis Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK)?
1.
Untuk mengetahui definisi Abnormalitas Perkembangan.
2.
Untuk mengetahui aspek- aspek perkembangan abnormalitas.
3.
Untuk mengetahui definisi Anak Berkebutuhan Khusus(ABK).
4.
Untuk mengetahui jenis Anak Berkebutuhan Khusus(ABK).
Anak abnormal adalah anak yang memiliki kelainan
atau penyimpangan dari rata-rata anak normal, baik dari segi fisik, sosial
maupun mental. Sehingga dalam perkembangan potensinya memerlukan layanan
pendidikan yang khusus yang berbeda dengan yang lainnya.
Anak abnormal adalah anak yang memiliki kelainan atau penyimpangan dari
rata-rata anak normal, baik dari segi fisik, sosial maupun mental. Sehingga
dalam perkembangan potensinya memerlukan layanan pendidikan yang khusus yang
berbeda dengan yang lainnya
1.
Aspek fisik
Aspek fisik yaitu ketidak mampuan seorang anak yang berhubungan dengan
fisik seperti anak tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, tunanetra dan tunawicara.
2.
Aspek sosial
Aspek sosial adalah dalam hal ini memiliki kesulitan dalam bersosialisasi
atau menyesuaikan perilakunya dengan lingkungan sekitar. Anak dalam kelompok
ini dikategorikan sebagai tunalaras.
3.
Aspek mental
Aspek mental adalah anak yang mempunyai kemampuan mental lebih
(supernormal) atau anak yang berbakat dan anak yang mempunyai kemampuan mental
sangat rendah (subnormal) yang disebut tunagrahita.
Cacat fisik adalah jenis cacat
dimana salah satu atau lebih anggota tubuh bagian tulang atau persendian
mengalami kelainan, sehingga timbul rintangan dalam melakukan fungsi gerak.
Gangguan fungsi fisik dan psikomotor pada umumnya disebabkan oleh
kerusakan-kerusakan otak atau organ perifer yaitu kerusakan pada susunan syaraf
pusat atau pada anggota badan, urat daging atau pada panca indra.
- Terminologi Cacat (handicaped)
a.
Impairement
Adalah suatu kehilangan atau suatu keadaan abnormalitas dari psikis atau
fisik baik struktur maupun fungsinya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
gangguan mata, yaitu buta keseluruhan maupun sebagian, gangguan
pendengaran baik yang sukar mendengar maupun tuli, gangguan bicara atau tuna
wicara, dan lumpuh atau tuna grahita.
b.
Disability
Adalah suatu hambatan atau gangguan
dari kemampuan untuk melaksanakan aktivitas yang biasanya dapat dikerjakan oleh
orang yang normal sebagai akibat dari impairement.
c.
Handicaped
Adalah suatu kerugian yang
diderita oleh individu akibat impairement dan disability. Kerugian ini dapat
timbul dari dirinya sendiri (intrinsic handicaped) dan dapat pula dari
lingkungan (extrinsic handicaped).
- Cacat
Mental
Pengertian umum dari gangguan macam
ini adalah deviansi. Deviansi menunjuk pada suatu pola tingkah laku yang
menyimpang dari norma-norma dapat dilihat dari pandangan system sosial.
Perkembangan yang terganggu ditandai oleh penyimpangan dari keadaan normal.
Gangguan perkembangan ini dapat terjadi secara perlahan-lahan, namun juga dapat
terjadi secara mendadak. Termasuk dalam Pengertian deviansi adalah gangguan
mental (retardasi) sehingga anak mengalami kesulitan belajar.
Pada anak yang mengalami retardasi
mental ini terjadi gangguan terutama meliputi aspek intelektualnya dan juga
kekurangan dalam perkembangan kepribadian atau gangguan perilaku lainnya.
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan imflikasi yang cukup besar.
Tingkatan retardasi mental, yaitu: Tingkat batas atau borderline, tingkat
ringan yang masih mampu di didik, tingkat sedang, tingkat berat, dan tingkat
sangat berat. Anak dengan retardasi mental menjadi sumber kecemasan. Sehingga,
anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara
berfikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya rendah,
demikian pula dengan Pengertian bahasa dan berhitungnya sangat lemah.
- Gangguan
Psiko Sosial dan Perilaku
a. Autistik
Autisme digolongkan oleh banyak ahli sebagai psikopat. Psikopat adalah
suatu golongan bawaan yang menyebabkan orang tidak dapat mengadakan hubungan
afektif yang normal dan selalu merupakan problem bagi orang lain dan bagi
dirinya sendiri. Gangguan perkembangan autisme sudah nampak tanda-tandanya pada
masa awal perkembangan. Ciri khas dari autisme adalah bahwa mereka sejak
dilahirkan mempunyai kontak sosial yang sangat terbatas. Kotak sosial yang
sangat terbatas itu karena adanya kecemasan, perasaan tak terlindung, keraguan,
rasa terasing dan ketidak mampuan mengerti masalah sosial. Dugaan akan
penyebab autisme ada bermacam-macam, diantaranya schizoprenia yaitu golongan
penyakit mental yang ditandai dengan banyak simptom. Oleh karena itu, terapinya
memerlukan banyak ahli yang bekerja secara sistematis.
b.
Anak Sukar Didik
Mendidik adalah memberikan bantuan kepada orang lain. Salah satu lembaga
pendidikan yang fundamental adalah keluarga dan sekolah. Salah satu factor
kesulitan dalam pendidikan adalah karakteristik anak, yaitu anak yang memiliki
karakter sukar didik.
Anak yang sukar didik menunjukkan tanda-tanda “acting out” yang
berbahaya dan sering kali agresif serta sukar diajak berkomunikasi dialog untuk
diminta diminta keterangan mereka. Keadaan sukar didik berkaitan dengan
penolakan terhadap norma masyarakat dan penolakan terhadap apa yang dianggap
“benar” oleh masyarakat.
c.
Anak dengan Gangguan Belajar
Gangguan belajar adalah penyimapangan dalam proses belajar yang berhubungan
dengan deskrepansi yang signifikan antara kemampuan yang diperlukan dalam
bahasa dan berfikir logika matematika dengan tingkat prestasi yang nyata dalam
bahasa dan matematika.
Gangguan bahasa sudah dapat dilihat
pada perkembangan awal. Gangguan bahasa ini terwujud dalam ganggua bicara
(bisu, gagap). Kemampuan bahasa merupakan indicator seluruh perkembangan anak,
karena kemampuan bahasa sensitive terhadap keterlambatan atau kerusakan pada
system lainnya, sebab kemampuan bahasa melibatkan kemampuan kognitif,
sensori-motorik, psikologis, emosi, dan lingkungannya.
d.
Anak
Nakal/delinkuensi
Ciri dari anak nakal adalah tindakannya melawan hukum dan sering cenderung
kriminal. Hubungan antara delinkuen dengan remaja putus sekolah mungkin dapat
ditelusuri kebenarannya, meskipun begitu anak remaja yang putus sekolah dan
berkeliaran belum tentu delinkuen. Anak-anak nakal benar-benar melakukan
kejahatan dan pelanggaran yang serius.
Delinkuen ditemukan pada anak remaja yang berasal dari berbagai tingkatan
sosial ekonomi dan bukan dari kelas sosial sosial ekonomi rendah saja.
Anak-anak delikuen mempunyai kepercayaan yang lebih kuat, memberontak dan
ambivalen otoritas, mendendam, dan menunjukkan sikap bermusuhan, curiga,
destruktif, impulsive, dan menunjukkan kontrol batin yang kurang.
Upaya untuk mengatasi masalah delinkuensi membutuhkan terapi yang
menyangkut perilaku. Perlu diterapkan prinsip reinforcement seperti membiarkan
atau tidak menghukum kesalahan atau kegagalan, memuji tingkah laku yang positif
dan belajar model atau role playing. Untuk delinkuensi ringan hal ini mungkin
cukup mujarab, tetapi untuk delinkuensi berat hal ini perlu mendapatkan
pembuktian.
e.
Alienasi atau
Pecandu
Alienasi adalah perasaan menjadi asing terhadap sesuatu. Alienasi merupakan
problematik identitas kepribadian anak, sehingga mereka “lari” dari kenyataan
hidup yang sebenarnya untuk mendapatkan kenikmatan baru. Oleh karena itu,
alineasi juga sering disebut sebagai pecandu. Pada remaja sering kali mereka
melepaskan diri dari keluarga, hal ini merupakan penanda awal dari dari kemungkinan
terjadinya alienasi.
Merasa asing dapat bersifat parsial atau total. Pada tingkat terakhir
alienasi dapat berwujud ekstrim. Refleksi dari alienasi sering berwujud
kecanduan akan minuman keras dan terutama obat. Oleh karene itu, ada hubungan
yang erat antara alienasi dengan kecanduan’’drug hard’’. Kalau udah demikian
maka susah untuk melakukan penanganan. Sehingga, diperlukan pengobatan
individual yang dilakukan atau dilaksanakan diklinik-klinik khusus.
f.
Rehabilitasi
Cacat
Upaya untuk memperbaiki keadaan cacat disebut sebagai rehabilitasi.
Rehabilitasi dilakukan secara medis, edukatif, sosial, dan psikologis.
Rehabilitasi terhadap penderita cacat membutuhkan kerja yang tekun dari
berbagai bidang, seperti ahl kesehatan, ahli kejiwaan, dan ahli pendidikan.
Tujuan dari rehabilitas meliputi upaya perbaikan dan pencegahan sehingga
rehabilitasi bersifat promotif, preventif, dan kuratif. Tujuan umum dari upaya
rehabilitasi adalah mencegah terjadinya kecacatan dengan memberikan
rehabilitasi sedini mungkin, mengurangi terjadinya kecacatan dengan memberikan
latihan-latihan serta memberikan alat-alat seperti protesa, alat penyanggah dan
lain-lain, serta mengembalikan kemampuan bekerja dari penderita cacat dengan
mempersiapkan kemampuan jasmani, rohani dan terutama kemampuan mengurus diri
sendiri.
Rehabilitasi terhadap penderita cacat diselenggarakan oleh pemerintah
melalui pendidikan dan rehabilitasi medis. Pendidikan bagi anak cacat diIndonesia
dibagi menjadi 5, yaitu:
a. SLB bagian A:
untuk anak dengan kelainan penglihatan atau tuna netra.
b. SLB bagian B:
untuk anak dengan kalainan pendengaran dan bicara.
c. SLB bagian C:
untuk anak dengan keterbelakangan mental atau tuna grahita.
d. SLB bagian D:
untuk anak dengan kelainan anggota tubuh atau tuna daksa.
e. SLB bagian E:
untuk anak dengan tuna laras atau mempunyai kalainan emosi.
Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagau anak
yang lambat atau mengalami gangguan yang tidak akan pernah berhasil di sekolah
sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi
dari kebutuhan khusus,seperti disability, impairment, handicaped. Menurut World
Health Organization (WHO),definisi masing -masing istilah sebagai berikut :
1. Impairment : merupakan suatu keadaan atau kondisi
di mana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis
atau fungsistruktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh
seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan
kaki.
2.Disability: merupakan suatu keadaan di mana
individu mengalami kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan
impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat
kakinya, maka dia akan merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan
mobilitas.
3.Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu
yang dihasilkan dari impairment atau disabilityyang membatasi atau menghambat
pemenuhan peran yang normal pada individu.Handicapedjuga bisa diartikan suatu
keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan
berkurangnya fungsi organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki
sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia
memerlukan kursi roda.Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya
temporer di antaranya adalah anak-anak penyandangpost traumatic syndrome
disorder(PTSD) akibat bencana alam, perang, atau kerusuhan,anak-anak yang
kurang gizi, lahir prematur, anak yang lahir dari keluarga miskin, anak-anak
yang mengalami depresi karena perlakukan kasar, anak-anak korban kekerasan, anak
yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, anak yang
tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak berpenyakit kronis,
dan sebagainya.
Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus1. Kelainan
Mental terdiri dari:a. Mental TinggiSering dikenal dengan anak
berbakatintelektual, di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas
rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab
terhadap tugas.b. Mental RendahKemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual
(IQ) di bawah rerata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar
(slow learners) yaitu anak yang memilki IQ antara 70 – 90. Sedangkan anak yang
memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.c. Berkesulitan
Belajar SpesifikBerkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar
(achivement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah
anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki
prestasibelajar rendah pada bidang akademik tertentu.2. Kelainan Fisik
meliputi:a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)Tunadaksa adalah individu yang memiliki
gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan
1. Kelainan Mental terdiri dari:
a. Mental TinggiSering dikenal dengan anak
berbakatintelektual, di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas
rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab
terhadap tugas.
b. Mental RendahKemampuan mental rendah atau
kapasitas intelektual (IQ) di bawah rerata dapat dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memilki IQ antara 70
– 90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak
berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar SpesifikBerkesulitan belajar
berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang diperoleh siswa. Anak
berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual
normal ke atas tetapi memiliki prestasibelajar rendah pada bidang akademik
tertentu.
2. Kelainan Fisik meliputi:
a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan
gerak yang disebabkan oleh kelainan dan struktur tulang yang bersifat bawaan,
sakit atau akibat kecelakaan
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu
memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas tetap masih dapat ditingkatkan
melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami
gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam
gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)Tunanetra
adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu:buta total(blind) dan lemah
pandangan.
Definisi tunanetra menurut Kaufman &
Hallahanadalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi
penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki
penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka
proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra perabadan
indra pendengaran.Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa
mereka belajar mengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan Mobilitas
diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta
bagaimana menggunakantongkat putih(tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
alumunium)
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan
dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu
berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1.Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2.Gangguan pendengaran ringan(41-55dB)
3.Gangguan pendengaran sedang(56-70dB)
4.Gangguan pendengaran berat(71-90dB)
5.Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB)
Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompokyaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
d. Kelainan Bicara (Tunawicara)
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat
dimengerti orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana
mungkindisebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan
adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ motoris
yang berkaitan dengan bicara.
3. Kelainan Emosi
Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan
hanya dapatdilihat dari indikasi perilaku yang tampak pada individu. Adapun
klasifikasi gangguan emosi meliputi:
a.Gangguan Perilaku
·Mengganggu di kelas
·Tidak sabaran-terlalu cepat bereaksi
·Tidak menghargai-menentang·Menyalahkan orang lain
·Kecemasan terhadap prestasi di sekolah
·Dependen terhadap orang lain
·Pemahaman yang lemah
·Reaksi yang tidak sesuai
·Melamun, tidak ada perhatian, dan menarik diri
b.Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit
Disorder)
Enam atau lebih gejalainattention, berlangsung
paling sedikit 6 bulan, ketidakmampuan untuk beradaptasi, dan tingkat
perkembangannya tidak konsisten. Gejala-gejala inattention tersebut antara
lain:
·Sering gagal untuk memperhatikan secara detail,
atau sering membuat kesalahan dalam pekerjaan
sekolah atau aktivitas yang lain.
·Sering kesulitan untuk memperhatikan tugas-tugas
atau aktivitas permainan
·Sering tidak mendengarkan ketika orang lain
berbicara
·Sering tidak mengikuti intruksi untuk menyelesaikan
pekerjaan sekolah
·Kesulitan untuk mengorganisir tugas-tugas dan
aktivitas-aktivitas
·Tidak menyukai pekerjaan rumah dan pekerjaan
sekolah
·Sering tidak membawa peralatan sekolah seperti pensil,
buku, dan sebagainya
·Sering mudah beralih pada stimulus luar
·Mudah melupakan terhadap aktivitas sehari-hari
c.Gangguan Hiperaktive (ADHD/Attention Deficit
Hiperactivity Disorder)
·Perilaku tidak bisa diam
·Ketidakmampuan untuk memberi perhatian yang cukup
lama
·Hiperaktivitas
·Aktivitas motorik yang tinggi
·Mudah buyarnya perhatian
·Canggung, Infeksibilitas
·Toleransi yang rendah terhadap frustasi
·Berbuat tanpa dipikir akibatnya.
Peserta didik yang mampu menumbuhkembangkan berbagai potensi kemanusiaannya
pada taraf yang tinggi disebut sebagai peserta didik yang berbakat.
Keberbakatan merupakan konsep yang berakar bilogis, yang menunjuk pada adanya
taraf yang tinggi dari inteligensi sebagai hasil integrasi fungsi-fungsi otak,
meliputi penginderaan, emosi, kognisi dan intuisi. Keberbakatan dengan demikian
merupakan potensi anak yang terlihat dari kreativitas verbal maupun non verbal.
Anak berbakat ialah anak yang mencapai kemampuan superior dalam suatu bidang
yang dianggap bernilai oleh masyarakat. Dilihat dari skor IQ, anak berbakat
berada dalam skore 135 s/d 200, mempunyai prestasi yang tinggi dalam belajar
dan penonjolan yang luar bisa dalam bidang tertentu.
1.
Ciri-ciri anak berbakat:
a.
Ciri fisik sehat dan perkembangan
psikomotori lebih cepat dari rata-rata, terutama dalam kemampuan koordinasi
b.
Ciri mental intelektual: usia mental lebih
tinggi dari pada rata-rata anak normal. Daya tangkap dan pemahaman lebih cepat
dan luas. Dapat berbicara lebih dini. Hasrat ingin tahu lebih besar, selalu
ingin mencari jawab. Kreatif, mandiri dalam bekerja dan belajar serta mempunyai
cara belajar yang khas
c.
Ciri mental emosional; mempunyai
kepercayaan diri yang kua, persisten sampai keinginannya terpenuhi atau gigih.
Peka terhadap situasi di sekitarnya, senang terhadap hal-hal yang baru dan ciri
ini dapat berkembang menjadi negatif bosan dengan hal-hal rutin, egois dan
sebagainya.
d.
Ciri sosial: senang bergaul
dengan anak yang lebih tua, suka bermain dengan permainan yang mengandung
pemecahan masalah, suka bekerja sendiri, sukar bergaul dengan teman sebaya,
sukar menyesuaikan diri.
e.
Anak berbakat selalu rasional,
responsif, senang belajar, kreatif, orisinil, apresiatif, elaboratif serta
menerapkan metode ilmiah.
2. Masalah- masalah yang
ditimbulkan oleh ciri- ciri anak berbakat, yaitu:
a.
Kemampuan berfikir kritis dapet
mengarah ke sikap skeptis dan sikap kritis terhadap diri sendiri maupun orang
lain.
b.
Kemampuan kreatif dan minat untuk
melakukan hal- hal baru bisa menyebabkan anak berbakat tidak menyukai atau lekas
bosan terhadap tugas- tugas yang lain.
c.
Perilaku ulet dan terarah pada
tujuan sering tampak pada anak berbakat dapet menjurus pada keinginan untuk
memaksakan atau mempertahankan pendapatnya.
d.
Kepekaan anak- anak berbakat bisa
membuatnya tersinggung atau peka terhadap kritik orang lain.
e.
Semangatnya yang tinggi dan
kesiagaanya serta inisiatifnya dapat membuat kurang sabar atau kurang toletran
jika ada kegiatan atau kurang nampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang
berlangsung.
f.
Tidak mudah tunduh kepada orang lain,
bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.
3. Program Pendidikan untuk Anak Berbakat
Program pendidikan untuk
anak berbakat dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu:
a.
Pengayaan atau enrichment adalah
pembinaan anak berbakat dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar
tambahan yang bersifat ekstensif dan intensif. Pengayaan diberikan kepada anak
setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan untuk
anak-anak sekelasnya. Pengayaan dapat diberikan seperti tugas perpustakaan,
independent study, proyek penelitian, studi kasus dsb
b.
Percepatan atau akselerasi yaitu cara
penanganan anak berbakat dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau
menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi
bentuk percepatan ini antara lain adalah:
Ø
Eraly admission atau masuk lebih
awal,
Ø
Advanced placement atau naik kelas sebelum
waktunya, mempercepat kenaikan kelas, advanced courses atau mempercepat
pelajaran atau merangkap kelas dll.
c. Pengelompokan khusus atau
segregation yang dapat dilakukan sepenuhnya atau sebagian yaitu bila sejumlah
anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh
pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya
- Perkembangan
merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung
sepanjang hayat dan terjadi secara teratur dan terpola.Perkembangan.
- Abnormal
adalah perkembangan yang terjadi secara tidak normal. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak ada dua yaitu Faktor heredokonstitusionil
dan factor lingkungan.
3. Pendidikan bersifat universal
(menyeluruh) baik sehat atau cacat berhak untuk mendapat pendidikan yang layak.
Peserta didik yang mengalami abnormalitas perkembangan, merupakan anak-anak
Indonesia yang sebenarnya memiliki sedikit perilaku yang menyimpang dari
anak-anak normal, dan mereka pastilah mempunyai kelebihan dan bakat
masing-masing yang apabila dikembangkan dan diasah sedemikian rupa maka mereka
tak ubahnya sederajat dengan anak-anak normal yang membedakan hanyalah dari
segi fisik.
- Abnormalitas perkembangan tidak hanya
mengacu pada perkembangan abnormal ke bawah tetapi juga pada perkembangan
abnormal ke atas.
- Kita harus
menghargai anak-anak yang mengalami abnormalitas perkembangan
- Kita tidak
boleh mendiskriminasikan anak-anak yang memiliki abnormalitas perkembangan
misalnya memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk berpartisipasi
dalam kegiatan di lingkungannya
- Kita harus
mampu menumbuhkan rasa percaya diri terhadap anak-anak yang mengalami
abnormalitas perkembangan, agar mereka mampu menerima keterbatasannya.
Setianingsih, Eka Sari, dkk. 2017. Perkembangan Peserta Didik. Semarang:
UPGRIS