Just another free Blogger theme

Senin, 05 Juni 2017



Pengalaman magang I dan magang II merupakan pengalaman yang tak terlupakan untuk kami calon guru (CAGUR) khususnya calon guru SD Universitas PGRI Semarang. Kita dapat belajar kararakter siswa di lapangan secara nyata. Adapun yang dapat kami lihat antara lain : proses pembelajaran, perangkat pembelajaran, media pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran segala sesuatu yang mendukung proses pembelajaran di sekolah.
Berkaitan dengan mata kuliah Pendidikan Inklusi, saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya mengenai magang II di salah satu SD Semarang. Pengalaman yang tak terlupakan bagi saya karena setelah magang I yang dilakukan di SD terpencil yang saya pilih sendiri lokasinya, kali ini saya berkesempatan untuk mengobservasi di SD yang lokasinya di kota.
Terdapat banyak perbedaan yang saya jumpai saat berada di SD terpencil dan SD di kota. Karena pada dasarnya mereka mempunyai karakteristik tersendiri. Tapi saya tidak akan membahas terlalu panjang mengenai karakteristik sekolah di desa dan di kota, melainkan yang akan kita bahas pada kali ini kita akan berbicara mengenai pendidikan inklusi. Apa itu pendidikan inklusi?
Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya untuk belajar. Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi pribadinya untuk memili ki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( UU No 20 tahun 2003, Pasal 1 ayat 1).
Penulis menyimpulkan dari pengertian diatas bahwa pendidikan inklusi merupakan pendidika n yang menyatukan antara anak- anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya sehingga mereka dapat belajar bersama sehingga terwujud suasana belajaran yang aktif dan menyenangkan.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) dibagi menjadi dua kelompok :
a.       Anak berkebutuhan khusus temporer (sementara)
Misalnya : anak- anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak- anak jalanan (anjal), anak- anak korban bencana alam, anak- anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak- anak yang menjadi korban HIV-AIDS.
b.      Anak berkebutuhan khusus permanen (tetap)
Misalnya: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autis, ADHD ( Attention Deficiency and Hiperactivity), anak berkesulitan belajar, anak berbakat dan sangatt cerdas.

Di sekolah tempat saya magang II terdapat anak berkebutuhan khusus temporer dan permanen. Salah satunya adalah murid kelas IV dia adalah Charis Dika Aberi. Saya menggolongkan Dika sebegai anak berkebutuhan khusus karena Dika mengalami kesulitan belajar. Dalam proses pembelajaran Ia hanya main- main dan tidak pernah mengerti/ memahami materi yang diberikan oleh guru kelas. Pada saat saya wawancarai mengenai nama dan pekerrjaan orang tua, Dika bahkan tidak tau atau tidak bisa menjawab pertanyaan dari saya. Melainkan teman sebangkunya yang tau nama orang tua dan pekerjaannya. Ternyata Dika mempunyai orang tua yang pekerjaannya adalah pedagang bakso.
Bahkan dia sering bersama neneknya daripada dengan orang tuanya sendiri.
Orang tua yang kesehariannya sibuk membuat Dika kurang dari kata kasih sayang, Dika cenderung lebih memilih bermain dengan teman- teman di sekitarnya setiap hari dari pada belajar. Peneliti menyimpulkan bahwa Dika merupakan anak berkebutuhan khusus temporer karena orang tua yang memiliki strata sosial ekonomi yang rendah dan Dika kurang dari perhatian orang tua.
Di sekolah tempat magang II juga terdapat anak berkebutuhan khusus permanen yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Kesimpulan dari pengalaman magang II peneliti menyimpulkan bahwa seharusnya sekolah menyelenggarakan Sekolah Inklusi dengan menyediakan guru pendamping dalam setiap kelas dan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan anak berkebutuhan khusus dan anak normal pada umumnya sehingga pembelajaran yang dilakukan disekolah dapat terjalin secara harmonis, hubungan sekolah dengan lingkungan masyarakat juga diperlukan agar orang tua/ wali murid  memperoleh pengetahuan lebih mengenai Sekolah Inklusi.


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 komentar: